Langsung ke konten utama

Jalan-Jalan Tipis di Chinatown Jakarta

Saya Sudah sering ke kawasan Wisata Kota Tua. Saya suka walking menyusuri jalan sambil mengagumi bangunan-bangunan tua yang penuh dengan sejarah. Pastinya happy mengunjung museum-museum yang ada di Kota Tua.



Tapi saya kok Sering terlewatkan mampir ke Chinatown, ya? Padahal letaknnya tidak jauh darir Kota Tua. Pastinya di sana banyak sesuatu yang menarik bisa saya lihat.


Rencana Tak Terduga

Hari iru Kebetulan saya acara di Plaza Indonesia. kebetulan acaranya kelarsebelum pukul 2 siang. Karenan saya tidak ada urusan lain lagi, jadi kayaknya masih bisa  jalan-jalan tipis. Apalagi masih ada waktu untuk mencari inspirasi atau ide tulisan.

Biar pulangnya tidak kesorean, akhirnya saya memutuskan untuk ke Kota Tua saja. Biasanya di hari Sabtu di sana ramai. Lumayan bisa nontion live musik.  Apalagi satu jalur pulang. Kebetulan motor saya kuga parkir di stasiun Pondok Cina. Jadi dari kota Tua saya tinggal naik KRL tujuan Bogor.

Akhirnya, dari Plaza Indonesia Saya nyebrang ke halte busway Bundaran HI. Saya lalu Naik tujuan Blok M-Kota. Perjalanan lancar dan Tidak terasa saya sudah hampir sampai. Tinggal 2 halte Lagi termasuk halte Hlodok.

Nah pas setelah busway mampir di halte Glodok, busway agak melambat saat akan masuk ke jalur menuju Kota Tua. Saya kebetulan duduk di kursi baris paling belakang sebelah kiri. Pas saya menengok ke kiri, terlihat Townchina Glodok. Wah, saya kayaknya belum pernah mampir.

Karena halte busway Glodok sudah lewat, harusnya saya tida jadi turun di halte Kota tua. Saya bablas ikut lagi dan turun di halte busway Glodok. Random benar, ya hehehe.

Bbegitu busway berhenti di halte Glodok, saya pun bergegas turun. Setelah tabout saya lalu menyebrang menyusuri tepi jalan menuju Chinatown Jakarta dengan berjalan kaki sekitar 200 meter.

Dari depan sudah terlihat gerbangnya yang bagus. 2 mobil masuk bersamaan dengan saya mencari tempat parkir.

Pantjoran Tea House

Sebelum masuk ke dalam kawasan China town, saya sangat tertarik dengan sebuah toko dengan bangunan kolonial dengan arsitektur yang sangat menarik. Toko itu adaah Pantjoran Tea House yang merupakan sebuah rumah teh.  Tampak suasananya tenang dan damai, padahal letaknya berada di tengah kota yang sibuk. Saya pun langsung mencari cerita lengkapnya.



Pantjoran Tea House bermula dari Kapitein der Chinezeen, Gan Djie, yang terkenal karena kebaikannya. Ia sering menyambut pelancong dan pedagang yang lelah dengan menyajikan teh secara gratis di teras kantor beliau.

Saat ini, Pantjoran Tea House menawarkan berbagai jenis teh premium dari Cina, Jepang, Inggris, dan Indonesia, serta hidangan khas Tionghoa-Indonesia seperti congee, nasi goreng, dan hidangan laut. Salah satu menu favoritnya adalah Genmaicha asal Jepang, yang sangat cocok dinikmati sambil menikmati pemandangan dari lantai dua bangunan ini.

Saya sebenarnya sangat suka minum teh dan ingin mencobanya. Tapi kutakut mamaku marah. Eh.. Saya takut uang di dompet saya ga cukup hahaha. Saya menikmati saja foto-foto yang terpajang di dinding kaca toko.



O, iya. saya juga tertarik dengan meja di depan toko yang di atasnya ada teko-teko jadul berwarna hijau. Dan saat saya melihat foto ini di hape, astaga... itu ada disediakan gelas-gelas kecil. Mungkin bisa mencob teh gratis ya hahaha.

Menyusuri Chinatown Jakarta

Setelah puas menikmati keindahan bangunan Pantjoran Tea House, suatu bergegas. Masuk ke dalam kawasan Chinatown Jakarta yang berada di kawasa Glodok Pancoran Jakarta Utara. Dari depan gerbang sudah terlihat. cocok benar ini jadi liburan awal tahun 2025. Apalagi nantinya ada perayaan imlek.



Dari sejarah yang saya baca, Pecinan Glodok didirikan oleh Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC pada tahun 1650 sebagai pemukiman bagi etnis Tionghoa. Nama Glodok sendiri berasal dari kata berasal dari kata "Golodok" yang berarti "gudang" atau "tempat penyimpanan". Pada abad ke-18, Pecinan Glodok menjadi pusat perdagangan dan industri.



Lanjut jalan-jalannya, dari depan sudah tampak penjual pernak pernik imlek yang akan dirayakan akhir Januari. Saya pun mampir sejenak  untuk melihat-lihat. Warna merahnya mengingatkan saya pada cerita imlek yang harus memakai baju merah agar setannya takut lalu pergi.

Pasar Petak 9

Saya lanjut jalan-jalan di Chinatown dengan menyusuri pasar petak 9. Jalanannya tidak terlal besar dan di kanan kiri toko-toko. Banyak juga orang yang berjualan di pinggir jalan.



Layaknya pasa, pasar Petak 9 ini lengkap. Cari apa aja kayaknya ada. Saya suprais karena yang sudah jarang lihat ternyata ada di pasar Petak 9. Misalnya banyak yang jual teripang. Saya itu baru pertama kali lihat Teripang. Terus saya juga melhat buat Delima dann srikaya yang terakhir saya nikmati saat masih tinggal di Makassar 27 tahun lalu. Wow...




Saya pun berjalan sampai ke ujung pasar, lalu balik lagi. Pengunjung tetap ramai. Kadang saya berhenti dan melipir saat ada motor lewat.

Jalan Pancoran Raya

Setelah keluar dari Pasar Petak 9, saya menyusuri jalan Pancoran raya. Tetap masih deretan toko. Bahkan banyak yang berjualan di emperan toko. Mengingatkan saya saat menyusuri Malioboro sekaligus saya ke GUSBI atau Galeri Unik dan Seni Borobudur Indonesia.



Salah satu yang membuat saya tertarik adalah toko manisan Mimi. Wih.. tidak hanya menjual manisan, tapi ada juga aneka permen. Aneka kue  juga ada. Rasaya mau borong semuana.

Sayangnya saya dapat pesan dari rumah harus pulang, padahal saya masih mau menyusuri Chinatown ini. Besoklah saya khususkan diri ke sini lagi dan lebih mengeksplor termasuk klenteng-klenteng di Chinatwon.

Komentar

  1. Bolehlah kita janjian Mase, explore wilayah Glodok, soalnya saya belum pernah mampir ke sini. Kemarin pas ke Kotu bareng anak-anak, cuma ngelewatin doang ngeliatin dari bus, eh ternyata bagus juga ya kalo masuk sampe ke area dalamnya... Itu mungkin teh gratis kali ya Mas, soalnya ada gelas kecilnya, wkwkwkwk...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh banget, Mas Hen. Apalagi saya juga belum sempat muter jauh ke klenteng. Sekalian mampir ke pasar Asemka juga boleh hehehe.

      Hapus
  2. Kalo ke Jakarta, emg ga lengkap tanpa berwisata ke Glodok. Ini lokasinya depan Mall Glodok yang kemarin kebakaran itu ya pak Bams? Kita jadi tahu perkembangan kota tua Jakarta, termasuk pengusaha Tionghoa dan budayanya yang sudah dulu singgah di Batavia.

    Daerah sini kalo mau Imlek pasti rame. Ntr di sepanjang jalan itu bakalan ada pawai pas menjelang/setelah Imlek. Ngga boleh dilewatkan tuh Pak Bams.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wajib banget, Mas Di. Soalnya China Town ini memang destinasi wajib Jakarta. Iya, letaknya dekat situ. Kalau naik busway juga turun di depan Halte busway Glodok

      Hapus
  3. Sebentar lagi Imlek pasti Chinatown sekarang udah lebih ramai. Termasuk pasar yang menyediakan pernak pernik untuk Imlek.
    Ke sana lagi Pak.kalau bisa ajak teman supaya nanti makin seru

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemarin saja sudah ramai orang yang jualan pernak pernik imlek, Mbak Okti. Makanya saya mau ke sana pas imlek. Kayaknya seru banget.

      Hapus
  4. Aku juga sering ke kota tua, tapi belum pernah nih mampir ke sini, huhu. Pasarnya lengkap banget ya, nyari apa aja pasti ada. Penasaran sama cerita lanjutannya kalau ke Chinatown lagi pak Bams, ditunggu yaaa. Nanti kalau kesana lagi cobain teh nya pak, hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wajib mampir, Mbak. Soalnya seru. Pasarnya lengkap dan memang banyak yang jual makanan tak halal juga hehehe.

      Hapus
  5. Vibes kota nuansa Tiong-Hoa-nya kental banget ya di Chinatown ini. seingatku ini mirip2 seperti di Kya-Kya Kembang Jepun yang ada di Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. pastinya, Mas. Soalnya ini memang dulunya dikhususkan untuk pemukiman etnis Tionghoa.

      Hapus
  6. Daku pernah ikut tour kota Tua, dan salah satunya singgah di Pantjoran Tea House. Enak teh nya. Apalagi cangkirnya itu unik dan klasik. Pankapan boleh dah eksplor lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kayaknya saya harus mampir ya, Mbak Fen. karena pasti akan cerita menarik tersendiri. Apalagi saya suka yang bernuansa klasik.

      Hapus
  7. Saya sudah pernah ke kota tua tapi kalau ke China Town belum..waah bagus yaa tempatnya. Jadi bisa buat belajar budaya China jugaa yaaa...kapan² kalau mau ke Kota Tua lagi harus mampir nih ke China Town.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wajib, Mbak Heni. Apalagi jaraknya juga dekat, malah bisa jalan kaki dari atau ke Kota Tua.

      Hapus
  8. Kepingin nyobain Tehnya, tapi takut baru jalan di depannya dompet geter duluan wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya saya mau browsing dulu harga tehnya, Mbak Retno. Jadi takut-takut lagi kalau pas mau masuk ke sana hehehe.

      Hapus
  9. Chinatown siang siang seru juga ya..
    Hehhe, aku pikir Chinatown di Jakarta cuma ada di PIK, mas..
    Bangunannya mashaAllaa yaa.. semua serba vintage, sperti Pantjoran Tea House.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren, Mbak. Justru lebih jelas terlihat hehehe. Justru ini kawasa Pecinan pertama di Jakarta, Mbak.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Dia Cara Menuju ke Kebumen

Kebumen salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Kabupaten Kebumen sudah berdiri sejak zaman Mataram islam, tepatnya pada tahun 1627 Masehi. Saat itu, Panjer yang merupakan cikal bakal Kebumen dijadikan sebagi pusat lumbung padi Mataram oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. Ki Badranala seorang tokoh lokal berperan besar dalam membantu perjuangan Mataram melawan Belanda dengan menyediakan lumbung padi dan persediaan padi. Kebumen Letaknya yang strategis, membuat Kebumen berdekatan dengan beberapa kabupaten. Seperti Cilacap, Banyumas Banjarnegara, Purworejo bahkan dekat dengan Yogyakarta. Ini membuat warga Kebumen mudah bepergian ke berbagai daerah. Kebumen juga merupakan jalur lintas propinsi. Kalau teman-tenan dari Jakarta atau Bandung mau ke Yogyakarta atau Magelang maka akan selalu lewat Kebumen. Baik lewat jalur utara maupun jalur Selatan. Kebumen Tujuan Wisata  Salama ini,  orang kalau mau berwisata pasti patokannya Yogyakarta. Padahal bisa lho mampir juga ke Kebumen. Apalagi wis...

3 Wisata Ikonik di Kebumen

Setelah sebelum saya ajak teman-teman icip-icip 4 kuliner khas daerah Kebumen Jawa Tengah, lalu lanjut menjelajah ke 4 pantai Kebumen , nah, lanjut nih, saya akan memperkenalkan 3 tempat wisata ikonik di Kebumen. Ya, 3 Wisata ini memang cuma adanya di kebumen. Makanya saya jamin tidak akan teman-teman temui di tempat lainnya. Misalnya kalau pantai atau bukit kan, mungkin di daerah lain Ada juga wisata pantai dan bukit. Jadi teman-teman wajib sekali mampir ke 3 wisata ikonik ini kebumen ini saat berkunjung ke kabupaten yang bersimbol burung wallet atau warga juga menyebutnya burung lawet. Yuk, saya kenalkan saja 3 wisata ikonik di kebumen Benteng Van Der Wijck Wisata ikonik pertama di kebumen adalah Benteng Van Der Wicjk. Benteng yang dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda ini ini berada di kecamatan Gombong. Benteng yang dibangun tahun 1818 atau permulaan abad ke 18. Berarti saat ini sudah berusia 207 tahun ya. Wow… Benteng Van Der Wicjk juga disebut benteng merah, ka...

Menikmati Suasana Alam di Saung Kampung Sawah Parung Bogor

Senin ini, otak dan pikiran saya terasa segar sekali. Bagaimana tidak, akhir wiken, tepatnya sabtu minggu 22 & 23 Februari saya diajak Oleh Komunitas Bloggercrony untuk seru-seruan dalam rangka ulang tahun yang ke 10. Lokasinya di saung kampung sawah Parung Bogor. Dapat ilmu, nambah teman Saung Kampung Sawah. Awalnya saya tidak tahu Saung Kampung Sawah itu ada di mana. Dari alamatnya, terletak di daerah Parung Bogor. Makanya awalnya saya sedikit galau mau naik apa ke sana. Teman-teman sih banyak yang naik krl. turun di stasiun stasiun Bojong lalu nyambung lagi  namun setelah sya cek rutenya. Eh.. kok tidak terlalu jauh dari tempat tunggal saya di Depok. Dari jalan I Juanda, masuk ke jalan margonda. lanjut ke jalan Arif Rahman Hakim lanjut jalan Nusantara terus samapi masuk ke jalan Sawangan Raya. lanjut ke jalan Raya Muchtar. nah, dari sini ternyata sudah tembus ke jalan Parung raya. dari ini tinggal nanti belok ke jalan Desa Jabon. ikuti jalan. Bila ragu, segera bertanya. Insy...