Langsung ke konten utama

Lawang Sewu, Pintunya Memang 1000

Lawang Sewu, Pintunya Memang 1000 - Jalan-jalan ke Semarang tanpa ke Lawang Sewu, berarti belum sah. Bangunan zaman Belanda yang pintunya katanya berjumlah 1000 ini, memang wajib dikunjungi  dan merupakan salah satu ikon kita Semarang. Habis dari Lawang Sewu, boleh deh, mampir jajan lunpia, lalu beli oleh-oleh bandeng presto hehehe.

Lawang Sewu tampaj depan

        Pertengahan Maret 2018, saya sengaja ke Semarang. Selama ini saya memang cuma sekedar lewat saja. Jadi pas ada kesempatan, berangkatlah saya. Perjalanan singkat, tapi menyenangkan dan irit. Saya juga sengaja menginap di hotel berkonsep dormitory (Baca di sini : Menginap di Sleep & Sleep Todak Bikin Kantong Jebol)
      Lawang Sewu ini sangat mudah ditemukan, karena letaknya sangat strategis dan berada di pinggir jalan. Tanya siapa saja, pasti langsung ditunjukan. Apalagi di depannya ada lapangan dengan tugu Pemuda yang juga terkenal.

Tugu Pemuda dari depan Lawang Sewu

     Dari kejauhan, kemegahan bangunan Lawang Sewu sudah terlihat. Saya memang paling suka bangunan-bangunan zaman dulu, karena arsitekturnya memang ‘Wah’ menurut saya. Tapi namanya bangunan tua, jadi dari kejauhan saja, aura mistiknya sudah saya rasakan hahaha. Padahal ini siang hari lho, apalagi kalau malam hari, ya... hehehe.

Kemegahan Lawang Sewu

       Saya pun berjalan menghampiri Lawang Sewu. Udara kota Semarang ternyata cukup panas. Makanya saya sarankan pakai baju yang bahannya menyerap keringat. Sedia selampe atau handuk kecil, dan jangan lupa bawa air minum hehehe....
       Sebelum masuk, jangan lupa beli tiket masuk seharga 10 ribu untuk dewasa atau umum, sedangkan pelajar dan anak-anak 5 ribu Loketnya ada di pintu masuk.  Di halaman depan, tampak sebuah lokomotif kereta api. Tentu saja ini jadi tempat foto-foto bagi para pengunjung.




      Saat saya berada, pengunjung cukup banyak. Bahkan banyak juga rombongan dari luar daerah. Seperti yang sudah saya tuliskan tadi kan, tidak afdol ke Semarang, kalau belum ke Lawang Sewu hehehe...
       Lawang Sewu ini sangat luas. Jadi kalau teman-teman butuh pemandu wisata, ada kok. Tanyakan saja pada petugas loket, pasti langsung ditunjukan. Dari hasil pendegaran saya, pemandu wisata 35 ribu. Ini keren lho, karena selain kita bisa mendapat info lengkap, bila jalan sendiri, kita bisa minta bantuan (maaf kalau salah, ya) memotret.

Miniatur Lawang Sewu

      Ternyata, sebelum masuk ke dalam gedung, ada lagi pemeriksaan tiket. Jadi pemeriksaan tiket yang di dekat loket, bukan langsung bisa masuk ke dalam gedung. Jadi usahakan tiketnya jangan dihilangkan.
       Saya pun mulai melangkah menyusuri bangunan yang dulu merupakan kantor Nederlans-Indische Spoorweg Maatschappij atau Nis ini dibangun pada tahun 1904 dan selesai tahun 1907.  Bangunannya tinggi-tinggi dan pintunya memang sangat banyak, makanya dikira berjumlah 1000 hahaha. Ini jadi satu kesamaan bangunan arsitektur belanda yang pernah saya lihat. Misalnya Museum Bank Mandiri di kota Tua Jakarta. Tiang-tiangnya kokoh, langit-langitnya tinggi, dan megah.

Langit-langit yang tinggi dan menawan

Tangganya juga unik
Lorong panjang

      Lawang Sewu ini terdiri dari beberapa bangunan. Ada halaman tengah yang cukup luas. Para pengunjung pun bisa duduk bersantai melepas lelah. Nah, udaranya di sini sejuk, karena ada pohon besar yang rindang.
     O, iya. Di bagian belakang, ada toilet. Juga ada musala. Ada juga satu lokomotif yang bisa dijadikan spot foto menarik. Udara di di sini cukup sejuk.

Musalah di Lawnag Sewu

Kamar mandinya

Tempat Wudhu yang unik

       Saya senang sekali menyusuri Lawang Sewu ini. Saya bisa melihat banyak hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan kereta api di Indonesia. Mulai dari miniatur, foto-foto kereta api zaman belanda, para pejabat yang memimpin, termasuk mengagumi keindahan bangunan Lawang Sewu ini. Ada juga foto-foto saat Lawang Sewu direnovasi.



           

      Di salah satu ruangan, ada juga sebuah televisi flat yang menayangkan prihal kereta api. Pengunjung bisa duduk menonton di bangku-bangku cantik yang telah disediakan. Di sekitar ruangan, tetap ada dipamerkan hal-hal seputar perkembangan kereta api di Indonesia.
  
                                      
                                         
                                     
        Selain menambah pengetahuan, ke Lawang Sewu ini bisa menambah koreksi foto juga hehehe. Soalnya Saya menemukan titik-titik spot yang menarik. Misalnya saat kita berdiri di salah satu pintu, maka saat melihat ke arah pintu lain, itu seperti kita sedang menghadap ke cermin.


      Spot foto lainnya yang saya suka adalah salah satu bagian tangga. Kaca-kaca sangat cantik dan berwarna-warni. Hanya sayang di situ pencahayaan kurang, jadi kalau saya pakai hape tidak terlalu maksimal hasilnya.



     Selain itu, ada juga titik spot menarik di teras dengan deretan pintu kayu. Ini keren untuk bila foto beramai-ramai. Jadi tiap orang berada di tiap pintu. Keren deh, pokoknya. Termasuk lorong-lorong panjang yang banyak di sepanjang Lawang sewu ini.



     Selesai menyusuri Lawang Sewu, saya pun berjalan keluar. Di depan Lawang Sewu, ada beberapa kursi. Asyik sekali sambil duduk-duduk menikmati suasana kota Semarang.

Bambang Irwanto
    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Seru Pergi Pulang Bogor-Cipanas lewat Jalur Puncak

  Foto : Dewi Puspa Selama ini, saya selalu mendengar orang pergi liburan ke puncak Bogor yang memang sepertinya mempunyai magnet tersendiri. Kadang kalau ada long weekend, pasti orang akan berbondong-bondong ke puncak. Makanya saya langsung teringat pernah nonton di televisi, liputan orang-orang yang menawarkan penginapan atau villa di pun pak Bogor. Mereka berdiri atau duduk di sepanjang jalan sambi memegang papan bertuliskan "Sewa Villa. Atau pernah juga saya menonton jasa Ganjal ban mobil saat posisi mobil sedang berada di tanjakan dan sedang macet. Ke Puncak Bogor, yuk! Rabu 26 Februari 2025, akhirnya saya merasakan sendiri perjalanan pergi pulang Bogor-Cipanas melalui puncak Bogor. Jadi ceritanya, saya diajak oleh ClicKompasiana & Kreatoria berkunjung ke Istana Kepresidenan Cipanas. Tentu saja saya senang sekali. Seperti mimpi saja bisa menginjakkan kaki di istana Kepresidenan seluas 26 Hektar itu. Foto : Kang Bugi Saya berangkat pagi naik KRL  dari stasiun Pondok Ci...

Keuntungan Jalan-Jalan Saat Bulan Puasa

Puasa kok jalan-jalan? Apa tidak capek dan haus? Terus batal puasanya. Saat puasa bulan Ramadan kan enaknya ngadem rebahan di rumah sambil nonton drakor. Eh.. hahaha. Saya juga awalnya berpikiran seperti itu. Kayak kurang kerjaan saja ya, bulan puasa malah keluyuran ke tempat wisata. Memang tidak ada hari lain? Tapi, kalau dipikirkan terus, maka saya tidak akan pernah tahu, bagaimana rasanya jalan-jalan saat puasa Ramadan.  Namanya juga penasaran, kan? Pengi beda gitu dengan yang lainnya. Karena yang bed aitu.. sesuatu hahaha. Lagian kalau saya jalan-jalannya pas hari lebaran, itu sudah biasa.. halah.. Gayane saya ini. Apalagi saya kan freelance. Jadi dari segi waktu memang lebih fleksibel. Jadi pas lebaran, saat orang desak-desakan di tempat wisata atau bermacet-macet ria di jalan, saya sudah santai di rumah makan ketupat opor ayam, sambal goreng ati hahaha. Nah, jalan jalan pas puasa itu, pernah saya lakukan saat masih berada di Kebumen. Saya susuri beberapa Pantai pantai di kebu...

Akhirnya naik kereta api Rangkasbitung Merak setelah 2 kali Gagal

  Setelah gagal 2x naik kereta Api Rangkasbitung-Merak, akhirnya, pada hari minggu, 9 Maret 2025, saya berhasil naik  juga pada percobaan ketiga hahaha. Segitu senangnya saya hahaha. Keingian Naik Kereta Comuterline Rangkasbitung-Merak Sejak naik kereta Walahar PP dari Cikarang ke Karawang saat eksplor stasiun kereta Whoosh Karawang  lalu dilanjutkan ngebakso pertama kali di Karawang , saya kok ingin mencoba kereta lokal lainnya. Adalah Mbak Utari, teman blogger dan penulis cerita anak yang mempromosikan kereta lokal Rangkasbitung-Merak. Kebetulan Mbak Utari tugasnya di serang, jadi memang sering naik kereta commuter line itu. Oke siap. Namanya saya penasaran, makanya saya pun ingin segera mewujudkan list saya itu. Apalagi tiketnya sangat pas di hati dan kantong. Hanya 3000 rupiah saja. Maka pada suatu hari di hari libur nasional, saya pun meniatkan diri untuk mencoba naik kereta lokal Rangkasbitung-Merak. Sesuai arahannya, dari stasiun Pondok Cina Depok, saya menuju ke M...