Langsung ke konten utama

Jalan-Jalan ke Kawasan Kota Tua (Bagian 5 : Museum Wayang)

Jalan-Jalan ke Kawasan Kota Tua (Bagian 5 : Museum Wayang) - Salam, teman-teman .Eh, jumpa lagi dengan saya hehehe. Terima kasih, teman-teman mengikuti jalan-jalan seru saya ke kawasan kota tua Jakarta.
Seru tidak? Pastinya seru Hehehe. Soalnya saya bisa mengetahui sejarah Bangsa Indonesia. Bagaimana kalau kita lanjut saja, yuk! Nah, setelah sebelumnya saya sudah ke Museum Bank Mandiri  Museum Bank Indonesia, dan museum Seni Rupa dan Keramik,museum Fatahillah kali ini saya akan mengajak teman-teman ke Museum Wayang. Yuk, kita barangkat saja!

Museum Wayang


Setelah keluar dari Museum Fatahillah, saya melanjutkan ke museum Wayang. Museum ini jaraknya dekat sekali dari Museum Fatahillah. Tidak sampai 5 menit juga sampai. Soalnya masih satu kawasan juga.
Seperti biasa, saya membeli tiket dulu. Harga tiketnya sama, untuk umum seharga 5 ribu. Penjualan tiketnya, tepatnya di pintu masuk Museum Wayang. Saya pun segera membeli tiket, dan melangkah memulai petualangan di museum Wayang. Wow.. baru masuk saja, saya sudah disambut patung burung dari perak. Keren sakali. 


Di situ juga ada patung tokoh pewayangan . Jadi memasuki area museum ini, kita seperti melewati sebuah lorong. Di sisi kanan dan kiri, ada lemari-lamari kaca berisi wayang. saya pun jalan berlahan saja, biar bisa menikmati semua wayang yang dipajang.




Lepas melewati lorong tadi, saya sampai di sebuah area taman.  Para pengunjung bisa bersantai sejenak di area ini. Ada beberapa batu bertulis. Sepertinya tulisan Belanda atau apa. Saya tidak mengerti artiya hehehe...





Saya pun lanjut melangkah. Kali ini, saya melihat wayang-wayang golek dari berbagai daerah di Indonesia. Wih.. ada wayang yang agak seram. Banyak pengunjung yang bergidik saat melihatnya.



Puas melihat di area ini, saya melewati tangga, lalu turun ke ruangan yang letaknya di bawah. Beberapa lemari kaca juga dipajang yang berisi aneka wayang. Eh, di sini ada ruangan wayang juga. Sayangnya, pas saya datang, ruangan ini tidak sedang terbuka. Jadi saya hanya bisa mengintip saja dari luar. Tapi jangan khawatir, di area ini, masih banyak dipamerkan juga wayang-wayang kok.




Saya pun terus menyusuri museum. Wah.. ternyata di museum ada aneka wayang dan dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai wayang kulit, wayang golek, wayang kertas, dan dari aneka bahan lainnya.
Bukan hanya wayang dari Indonesia yang dipamerkan. Wayang –wayang dari luar negeri juga ada. Dari Amerika, Rusia, Belanda, Jepang, China. Pokoknya masih banyak lagi. Pokoknya puas melihat wayang-wayang dari seluruh dunia.




Eh, ada boneka si Unyil juga. Boneka si Unyil ini berada sebelum lorong keluar museum. Jadi begitu mau keluar, kita melewati lagi sebuah lorong dengan jalanan menurun. Di sisi kiri ada lemari kaca juga berisi wayang-wayang.






Setelah melewati lorong, saya menyusuri jalan menurun lagi sebelum keluar museum. Ada lho, toko yang menjual cindera mata wayang. Jadi kalau teman-teman ingin membeli wayang, bisa membeli di sini. Di depan toko cindera mata, ada alat musik yang dipajang.





Wah.. puas sudah saya mengunjungi 5 museum di kawasan kota tua ini. Karena hari agak  mendung, maka kurcaci memutuskan pulang saja. Eh, di jalan keluar banyak penjual makanan dan minuman. Ada juga penjual tongsis alias tongkat narsis. Malah ada juga delman. Jadi kalau teman-teman mau jajan, butuh tongsis, atau naik delman, bisa di area ini.



Busway Wisata Gratis
Waktu mau menyebarang jalan, saya melihat banyak kerumunan orang di jalan. Waktu saya tanya, mereka sedang apa, katanya lagi menunggu busway tingkat. Wah, saya jadi ingin ikut naik. Supraisnya lagi, tidak bayar. Maka saya pun segera ikut mengantre.





Begitu busway tingkat datang, saya segera masuk ke bus sesuai antrean. Wih.. saya dapat tempat duduk di atas, sesuai harapan saya. Asyik..asyik... saya bisa lihat pemandangan dari atas.

                      

Busway tingkat pun melaju. Jadi jalurnya adalah kota tua menuju monas. Melewati jalan Gajah Mada, Hayamwuruk, Harmoni, Juanda, lalu ke Monas. Walau gratis, penumpang tetap dikasih karcis. Kemudian ada lho, pemandu wisatanya.


Sepanjang jalan Kurcaci Pos menikmati naik busway tingkat ini. Kurcaci Pos jadi terkenang masa kecil. Dulu juga pernah naik bus tingkat seperti ini di Makassar. bayarnya 50 perak hehehe.
Tidak terasa, Bus tingkat sudah melewati harmoni, lalu belok ke kiri terus melewati Pasar Baru. Dari situ berbelok ke kantor pos. Kata petugasnya, Bus akan berhenti sejenak di Juanda depan masjid Istiqlal, sebelum akhirnya ke Monas.
Wah, Saya memutuskan untuk turun di depan kantor pos. Dari situ, saya ke Halte busway terdekat. Langsung menuju rumah Kurcaci Pos.
Wah, seru sekali perjalan saya seharian itu. Lelah tidak terasa. Dari perjalanan singkat ini, saya jadi mengetahui sejarah bangsa Indonesia. Besok, saya mau jalan-jalan lagi. Jadi ikuti terus jalan-jalan saya, ya!

Bambang Irwanto



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Seru Pergi Pulang Bogor-Cipanas lewat Jalur Puncak

  Foto : Dewi Puspa Selama ini, saya selalu mendengar orang pergi liburan ke puncak Bogor yang memang sepertinya mempunyai magnet tersendiri. Kadang kalau ada long weekend, pasti orang akan berbondong-bondong ke puncak. Makanya saya langsung teringat pernah nonton di televisi, liputan orang-orang yang menawarkan penginapan atau villa di pun pak Bogor. Mereka berdiri atau duduk di sepanjang jalan sambi memegang papan bertuliskan "Sewa Villa. Atau pernah juga saya menonton jasa Ganjal ban mobil saat posisi mobil sedang berada di tanjakan dan sedang macet. Ke Puncak Bogor, yuk! Rabu 26 Februari 2025, akhirnya saya merasakan sendiri perjalanan pergi pulang Bogor-Cipanas melalui puncak Bogor. Jadi ceritanya, saya diajak oleh ClicKompasiana & Kreatoria berkunjung ke Istana Kepresidenan Cipanas. Tentu saja saya senang sekali. Seperti mimpi saja bisa menginjakkan kaki di istana Kepresidenan seluas 26 Hektar itu. Foto : Kang Bugi Saya berangkat pagi naik KRL  dari stasiun Pondok Ci...

Keuntungan Jalan-Jalan Saat Bulan Puasa

Puasa kok jalan-jalan? Apa tidak capek dan haus? Terus batal puasanya. Saat puasa bulan Ramadan kan enaknya ngadem rebahan di rumah sambil nonton drakor. Eh.. hahaha. Saya juga awalnya berpikiran seperti itu. Kayak kurang kerjaan saja ya, bulan puasa malah keluyuran ke tempat wisata. Memang tidak ada hari lain? Tapi, kalau dipikirkan terus, maka saya tidak akan pernah tahu, bagaimana rasanya jalan-jalan saat puasa Ramadan.  Namanya juga penasaran, kan? Pengi beda gitu dengan yang lainnya. Karena yang bed aitu.. sesuatu hahaha. Lagian kalau saya jalan-jalannya pas hari lebaran, itu sudah biasa.. halah.. Gayane saya ini. Apalagi saya kan freelance. Jadi dari segi waktu memang lebih fleksibel. Jadi pas lebaran, saat orang desak-desakan di tempat wisata atau bermacet-macet ria di jalan, saya sudah santai di rumah makan ketupat opor ayam, sambal goreng ati hahaha. Nah, jalan jalan pas puasa itu, pernah saya lakukan saat masih berada di Kebumen. Saya susuri beberapa Pantai pantai di kebu...

Akhirnya naik kereta api Rangkasbitung Merak setelah 2 kali Gagal

  Setelah gagal 2x naik kereta Api Rangkasbitung-Merak, akhirnya, pada hari minggu, 9 Maret 2025, saya berhasil naik  juga pada percobaan ketiga hahaha. Segitu senangnya saya hahaha. Keingian Naik Kereta Comuterline Rangkasbitung-Merak Sejak naik kereta Walahar PP dari Cikarang ke Karawang saat eksplor stasiun kereta Whoosh Karawang  lalu dilanjutkan ngebakso pertama kali di Karawang , saya kok ingin mencoba kereta lokal lainnya. Adalah Mbak Utari, teman blogger dan penulis cerita anak yang mempromosikan kereta lokal Rangkasbitung-Merak. Kebetulan Mbak Utari tugasnya di serang, jadi memang sering naik kereta commuter line itu. Oke siap. Namanya saya penasaran, makanya saya pun ingin segera mewujudkan list saya itu. Apalagi tiketnya sangat pas di hati dan kantong. Hanya 3000 rupiah saja. Maka pada suatu hari di hari libur nasional, saya pun meniatkan diri untuk mencoba naik kereta lokal Rangkasbitung-Merak. Sesuai arahannya, dari stasiun Pondok Cina Depok, saya menuju ke M...